Disaster Planning
Nama : L.Efendi
NIM :
11.41010.0211
Tugas :
Pertemuan 11 [ MK Database Administration ]
Apa
Itu Disaster ?
Bencana adalah sesuatu yang tak
terpisahkan dalam sejarah manusia. Manusia bergumul dan terus bergumul agar
bebas dari bencana (free from disaster). Dalam pergumulan itu, lahirlah praktek
mitigasi, seperti mitigasi banjir, mitigasi kekeringan (drought mitigation),dll.
Di Mesir, praktek mitigasi kekeringan sudah berusia lebih dari 4000 tahun.
Konsep tentang Early Warning System untuk kelaparan (famine) dan kesiap-siagaan
(preparedness) dengan lumbung raksasa yang disiapkan selama tujuh tahun pertama
kelimpahan dan digunakan selama tujuh tahun kekeringan sudah lahir pada tahun
2000.
Konsep management bencana mengenai
pencegahan (Prevention) atas bencana atau kutukan penyakit (plague), pada
abad-abad ‘non-peradababan’ selalu diceritakan ulang dalam simbol simbol’
seperti kurban, penyangkalan diri dan pengakuan dosa. Early warning kebanyakan
didasarkan pada Astrologi atau ilmu Bintang. Tak heran mengapa kata bencana
(DISASTER) secara etimologis berasal dari kata DIS yang berarti sesuatu yang
tidak enak (unfavorable) dan ASTRO yang berarti bintang (stars). Dis-astro
berarti an event precipitated by stars (peristiwa jatuhnya bintang-bintang ke
bumi).
Response kemanusiaan dalam krisis
emergency juga sudah berusia lama walau catatan sejarah sangat sedikit, tetapi
peristiwa Tsunami di Lisbon, Portugal pada tanggal 1 November 1755, mencatat
bahwa ada respon bantuan dari Negara secara ‘ala kadar’. Jumlah korban
meninggal pasca emergency sedikitnya 20,000 orang. Total meninggal diperkirakan
70,000 orang dari 275,000 penduduk. Hingga dekade yang lalu, cita-cita para
ahli bencana masih terus mengumandangkan slogan ‘bebas dari bencana’ (free from
disaster) yang berdasarkan pada ketiadaan ancaman alam (natural hazard).
Tiga tahun terakhir, dari publikasi
tulisan-tulisan tentang management bencana, telah terjadi perubahan paradigma.
Sebagai misal di Banglades dan Vietnam, khususnya yang hidup di DAS Mekong,
yang semulanya bermimpi untuk bebas dari banjir (free from flood), akhirnya
memutuskan untuk hidup bersama banjir (living with flood). Tentunya komitmen
hidup bersama banjir, tetap dilandasi oleh semangat bahwa banjir atau ancaman
alam lainnya seperti gempa, siklon, dan kekeringan boleh terjadi tetapi bencana
tidak harus terjadi. Di Timor, khususnya masyarakat Besikama, sudah sangat lama
hidup bersama banjir. Masyarakat tradisional Besikama sebenarnya sudah mengenal
tentang praktek mitigasi banjir berdasarkan konstruksi rumah tradisional mereka
sejak lama, yakni rumah panggung, yang sudah sangat tidak popular karena
‘pembangunan’ mengajarkan segala segala sesuatu yang ‘modern’.
Disaster
(bencana) didefiniskan sebagai kejadian yang waktu terjadinya tidak dapat
diprediksi dan bersifat sangat merusak. Pengertian ini mengidentifikasikan
sebuah kejadian yang memiliki empat faktor utama, yaitu :
- tiba-tiba
- tidak diharapkan
- bersifat sangat merusak
- kurang perencanaan
Bencana terjadi dengan frekuensi yang
tidak menentu dan akibat yang ditimbulkannya meningkat bagi mereka yang tidak
mempersiapkan diri terhadap kemungkinan-kemungkinan timbulnya bencana. Rencana
pencegahan dan perbaikan terhadap bencana dapat membantu melindungi semua aset
organisasi, termasuk sumber daya manusia, pekerjaan, data-data penting, dan
fasilitas organisasi.
Cakupan bencana tidak hanya terbatas
pada hilangnya data dan sumber informasi, tetapi juga kematian dari pekerja
yang sangat diandalkan, keracunan produk, meledaknya sistem peralatan,
kebakaran yang terjadi pada pusat distribusi utama, atau tumpahnya cairan
kimia, dan lain sebagainya, sangat mempengaruhi suatu organisasi. Tabel berikut
memberikan contoh-contoh penyebab terjadinya bencana.
Penyebab
Terjadinya Bencana
- kebakaran
- badai
- banjir
- perubahan suhu dan kelembaban yang
sangat ekstrim
- gempa bumi dan tanah longsor
- kecelakaan pesawat, kendaraan, dll.
- virus computer
Rencana pencegahan dan pemulihan
dapat dengan mudah dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu dengan menambahkan
biaya-biaya yang tidak perlu yang akan membuat rencana tersebut menjadi tidak
masuk akal bagi level manajemen. Rencana yang dibuat harus mencakup definisi
yang jelas dari data-data atau record organisasi yang harus dilindungi. Hal-hal
yang harus dihindari selama pembuatan rencana pemulihan adalah rekonstruksi
material back-up, kopi, dan file-file yang tidak penting.
Record-record organisasi atau
perusahaan memiliki nilai yang bervariasi. Apakah record tersebut tersimpan
secara elektronik ataupun di atas kertas, rencana yang dibuat harus
mengidentifikasi record-record penting dan historis, yaitu record-record yang
memuat sejarah perusahaan, pertumbuhan, pengembangan, operasi, dan kontribusi
yang bersifat kenegaraan, termasuk record-record yang perlu ditindaklanjuti
kekontinuitas bisnisnya setelah bencana.
Daftar record penting diperlukan
untuk menentukan prosedur melindungi dan merekonstruksi record-record penting
yang tersimpan pada media magnetik, optik, atau bentuk lainnya yang berbeda
dengan prosedur melindungi informasi yang terkandung pada media kertas.
Disaster
Recovery Planning
Disaster recovery plan merupakan
program yang tertulis dan telah disetujui, diimplementasikan, serta dievaluasi
secara periodik, yang menfokuskan pada semua aksi yang perlu dilakukan sebelum,
ketika, dan setelah bencana. Rencana ini disusun berdasarkan review secara
menyeluruh terhadap bencana-bencana yang potensial, yang mencakup lingkup
fasilitas, lokasi geografis, atau industri. Rencana ini juga merupakan pernyataan
dari tanggapan yang tepat untuk proses pemulihan yang bersifat efektif terhadap
biaya dan cepat. Oleh karena itu, rencana yang dibuat haruslah mengidentifikasi
di mana, yang mana, dan bagaimana record-record dapat diperoleh.
Disaster recovery planning adalah
suatu pernyataan yang menyeluruh mengenai tindakan konsisten yang harus diambil
sebelum, selama, dan setelah suatu peristiwa yang mengganggu yang menyebabkan
suatu kerugian penting sumber daya sistem informasi. Disaster recovery plan
adalah prosedur untuk merespons suatu keadaan darurat, menyediakan backup
operasi selama gangguan terjadi, dan mengelola pemulihan dan menyelamatkan
proses sesudahnya.
Sasaran pokok disaster recover plan
adalah untuk menyediakan kemampuan dalam menerapkan proses kritis di lokasi
lain dan mengembalikannya ke lokasi dan kondisi semula dalam suatu batasan
waktu yang memperkecil kerugian kepada organisasi, dengan pelaksanaan prosedur
recovery yang cepat.
Tujuan dan Sasaran DRP Tujuan DRP yang
utama adalah untuk menyediakan suatu cara yang terorganisir untuk membuat
keputusan jika suatu peristiwa yang mengganggu terjadi. Tujuan disaster
recovery plan adalah untuk mengurangi kebingungan organisasi dan meningkatkan
kemampuan organisasi untuk berhubungan dengan krisis tersebut.
Sesungguhnya, ketika suatu peristiwa
yang mengganggu terjadi, organisasi tidak akan mempunyai kemampuan untuk
menciptakan dan melaksanakan suatu rencana pemulihan dengan segera. Oleh karena
itu, jumlah perencanaan dan pengujian yang telah dilakukan sebelumnya akan
menentukan kemampuan organisasi tersebut dalam mengangani suatu bencana.
DRP mempunyai banyak sasaran, dan masing-masing
sasaran tersebut penting. Sasaran-sasaran tersebut meliputi:
- Melindungi suatu organisasi dari
kegagalan penyediaan jasa komputer.
- Memperkecil risiko keterlambatan
suatu organisasi dalam menyediakan jasa
- Menjamin keandalan sistem melalui
pengujian dan simulasi
- Memperkecil pengambilan keputusan
oleh personil selama suatu bencana
Tahapan
DRP ini meliputi:
- Proses DRP
- Pengujian disaster recovery plan
- Prosedur disaster recovery
Elemen-Elemen
Yang Bersifat Umum Bagi Semua Aspek Rencana
Dalam rangka disaster recovery plan
menjadi efektif, maka perlu diperhatikan elemen-elemen dasar tertentu. Selagi
deskripsi aktual dari elemen-elemen tersebut berubah dari satu tempat ke tempat
yang lain, pengalaman menunjukkan bahwa masingmasing harus terdapat di dalam
rencana agar rencana yang efektif dapat dicapai.
Elemenelemen
tersebut sebagai berikut :
- pernyataan kebijakan yang jelas
(clear policy statement), mencakup tujuan dan sasaran pemulihan;
- wewenang aktivasi (activation
authority), yaitu siapa yang berhak memimpin tim rencana pemulihan;
- struktur tugas (task organization),
mencakup tugas dan fungsi tiap tim atau anggota tim pemulihan;
- tim pemulihan setelah bencana
(disaster recovery team), yaitu anggota tim yang bertugas menjalankan
disaster recovery plan;
- layout organisasi (facility floor
plan or layout), yaitu tata letak tiap tempat dalam suatu oraganisasi atau
perusahaan;
- prosedur distribusi informasi
(information distribution procedure), merupakan metode spesifik untuk
mengontak anggota tim pemulihan, vendor, agen pendukung, supplier, dan
semua pihak yang terkait;
- pemantauan kondisi yang berbahaya
(monitoring of destructive area);
- traning pekerja (provision for
training of employee), merupakan kegiatan untuk melatih para pekerja
mengenai prosedur pemulihan;
- hal-hal lain seiring dengan
jalannnya proses pemulihan (provision for ongoing review and revision).
Disaster
(bencana) didefinisikan sebagai kejadian yang waktu terjadinya tidak dapat
diprediksi dan bersifat sangat merusak. Pengertian ini mengidentifikasikan
sebuah kejadian yang tiba-tiba, tidak diharapkan, bersifat sangat merusak, dan
kurang perencanaan. Bencana terjadi dengan frekuensi yang tidak menentu dan
akibat yang ditimbulkannya meningkat bagi mereka yang tidak mempersiapkan diri
terhadap kemungkinan-kemungkinan timbulnya bencana. Berbagai bencana yang mungkin terjadi antara lain adalah:
- Bencana
alam disebabkan oleh kondisi geografis dan geologis dari lokasi
- Kebakaran
disebabkan oleh faktor lingkungan dan pengaturan sistem elektrik yang
dapat menyebabkan korsleting
- Kerusakan
pada jaringan listrik disebabkan oleh sistem elektrik
- Serangan
teroris disebabkan oleh lemahnya keamanan fisik dan non fisik data center
- Sistem atau
perangkat yang rusak terkait dengan kesalahan manajemen pengawasan
perangkat
- Kesalahan
operasional akibat ulah manusia
- Virus
misalkan disebabkan oleh kesalahan pemilihan anti virus yang digunakan
Perencanaan database adalah proses
pembuatan atau pengembangan struktur database yang sesuai dengan data yang
dibutuhkan oleh pengguna atau user.
Perencanaan
database memiliki langkah – langkah penting yaitu :
- Mendefinisikan
kebutuhan (Requirement definition)
- Jenis
informasi yang harus diperhatikan (Informasi yang menjelaskan struktur
data dan menggambarkan aturan atau batasan yang dapat menjaga integritasi
data)
Fokus
dalam mendefinisikan kebutuhan :
- Mendefinisikan
lingkup database
- Memilih
metodelogi
- Mengidentifikasi
pandangan user
- Model data
struktur
- Model data
constraints
- Mengidentifikasi
kebutuhan operasional
Disaster
Recovery Planning
Yaitu merupakan serangkaian kegiatan
yang bertujuan untuk mengurangi dan membatasi resiko – resiko buruk (bencana)
dan nantinya membuat kerugian – kerugian pada proses bisnis yang ada. Dapat
dikatakan bahwa proses ini adalah sebuah proses penanggulangan – penganggulangan
atau rencana untuk menanggulangi suatu bencana pada proses bisnis.
Beberapa
Keuntungan dari Disaster Recovery Planning
- Memperbaiki
system proteksi terhadapat setiap aset – aset penting yang dimiliki oleh
perusahan tersebut.
- Membuat
system proteksi infomasi atau data – data perusahaan lebih efektif.
- Mengurangi
resiko bencana akibat kesalahan manusia
- Memperbaiki
manajemen perusahaan
Backup
Database
Yaitu suatu proses yang mengacu
kepada pembuatan salinan data dari database, sehingga salinan ini dapat
digunakan untuk mengembalikan data semula dari peristiwa kehilangan data
ataupun kerusakan data.
Sumber :
- http://ptiseptianpunya.blogspot.com/2011/04/disaster-recovery-planning.html
- http://panca.wordpress.com/diskusi/disaster-recovery-plan/